Kamis, 14 Oktober 2010

Best Friend?, Arti Sahabat Sejati

Tania, perwujudan remaja belasan tahun yang kalem, manis, dan sangat penurut. Hidupnya selalu dilingkupi kasih sayang orang tua serta kedua kakaknya. Her life seems pretty fine. Tania selalu jadi yang nomor satu dan menjadi kesayangan guru-guru karena kepintarannya. Sayang, kepintarannya justru menjadikan Tania pribadi yang terlalu serius, enggak asik dan kurang gaul.
Hingga suatu hari, Tania bertemu Moli, murid baru di kelas Tania. Sangat cuek, penampilan a la gothic, dan seperti hidup di dunianya sendiri. Keduanya dipasangkan duduk bersama. Moli tak seperti Tania yang hidup penuh kesempurnaan. Moli adalah produk dari gagalnya sebuah rumah tangga. Hidupnya terpaksa berpindah-pindah. Hari ini di rumah ayahnya, besok di rumah ibunya. Kebebasan yang ia dapat menjadikannya pribadi pemberontak dan bandel.
Tak disangka, Tania dan Moli yang berbeda karakter ini malah menjadi teman akrab. Tania yang merasa hidupnya sangat membosankan, perlahan menyukai Moli yang dianggap memiliki hidup yang sangat bebas. Merokok, clubbing, alkohol, bahkan Tania rela memangkas habis rambut panjangnya meniru gaya rambut Moli. Tania tak menyadari, Moli justru memberi pengaruh buruk baginya. Di titik paling akhir, Moli meninggalkan Tania yang harus berjuang sendirian menemukan jalan pulang kembali menjadi dirinya sendiri.
Ending film ini tidak tidak tergambar jelas di akhir ceritanya sehingga penonton harus menebak sendiri apa yang akan terjadi dengan kehidupan Tania dan Moli selanjutnya. Benarkah mereka merupakan sahabat sejati? Dan penggambaran simbol tanda tanya di belakang judul film ini adalah ingin mengajak kita untuk mendefinisikan sendiri tentang arti sahabat sejati.
Akting Risty Tagor dan Nikita Willy cukup memukau. Biarpun masih tergolong baru di dunia perfilman, tapi akting mereka patut diacungi jempol. Buat saya, Risty yang seorang mahasiswi terbukti sukses memerankan ABG yang berandal dan urakan. Nikita yang memerankan gadis belia seusianya juga sangat natural berakting. Penggambaran karakter dan seting filmnnya tidak berlebihan. Make up dan bahasa yang digunakan pun sudah pas dengan pasar yang dibidik yaitu remaja.
Film ini memang banyak menampilkan sisi negatif dari pergaulan remaja di ibu kota, misalnya ABG yang sudah mahir merokok, clubbing sampai menenggak alkohol dan narkotik. Tapi yang diharapkan, kita bisa menyaring inti dari film ini. Jadi, pas banget kalo film ini ditonton oleh remaja ditemani oleh orang tua. Tentunya, agar para orang tua juga bisa ikut menyelami gejolak kawula muda, apa yang tengah dirasakan dan dipikirkan oleh remaja sekarang ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar