Jumat, 25 Februari 2011

budaya riau

 

Riau adalah wilayah Nusantara yang paling kental budaya Melayu, sehingga layak kiranya jika disebut sebagai pusat budaya Melayu dunia, dan menjadi tujuan utama pelacakan sumber budaya Melayu.

Letak geografis Riau yang berada pada jantung perlintasan bahari membuat wilayah ini telah ramai dikunjungi masyarakat asing sejak zaman dulu. Kondisi ini bisa disikapi sebagai beban sekaligus berkah. Di satu sisi, Riau menjadi ladang perhimpunan berbagai potensi kesenian dengan pengaruh budaya asing, dan di sisi lain muncul pula potensi korosi terhadap nilai-nilai budaya setempat oleh budaya asing yang kurang selaras. 

Dari zaman ke zaman, budaya Melayu dengan ciri sosiologis semacam itu, telah menjadi sistem scanning dalam interaksi antarbudaya yang saling berakulturasi. Dalam perkembangannya, kesenian Riau adalah bagian dari nilai keindahan yang tertata apik namun tak lepas dari tuntunan nilai norma Melayu yang bercorak Islam.
Riau sangat kaya dengan ragam bentuk kesenian, baik seni pertunjukan seperti teater, tari, musik, dan nyanyian; maupun sastra. Dalam perkembangannya, kesenian tersebut memiliki kaitan erat dengan kegiatan adat, tradisi, maupun keagamaan yang terwarisi turun temurun. 
 
Macam2 kesenian riau:
1.    Seni Teater
Teater adalah bentuk kesenian yang kompleks karena memadukan unsur-unsur seni lain seperti musik, rupa, dan sastra. Teater khas Riau memiliki ciri istana karena perkembangan kesenian ini berawal dari dalam tembok Kesultanan Riau. Tersebutlah di antaranya adalah teater Makyong, teater Mendu, teater Mamanda, dan teater Bangsawan.
2.    Seni Tari
Dalam budaya kesenian masyarakat Riau, seni tari berkembang secara integral dengan seni teater. Misalnya tari Ladun, tari Jalan Kunon, dan tari Lemak Lamun yang menjadi bagian dari teater Mendu. Atau tari Selendang Awang, tari Timang Welo, tari Berjalan Jauh, dan tari Cik Milik yang merupakan bagian penyusun teater Makyong.
3.    Seni Musik
Tak beda dengan seni tari, seni musik pun menjadi bagian integral seni teater. Maka tersebutlah teater Mendu memanggungkan lagu Lakau, Ladun, Madah, Tala Satu, Ayuhai, dan lain-lain. Sedangkan teater Makyong memanggungkan lagu Timang Bunga, Selendang Awang, Awang Nak Beradu, Puteri Nak Beradu, dan sebagainya.
Seperti disebutkan di muka, kesenian tersebut merupakan bagian dari upacara yang bersifat ritual seperti buka tanah dan semah, di mana di dalamnya digunakan mantra dan serapah.
4.    Seni Sastra
Seni Sastra berkembang terpisah dari seni teater, walaupun tidak sepenuhnya lepas. Warisan kesusastraan Riau yang paling menonjol adalah Gurindam Dua Belas karya cipta Raja Ali Haji. Namanya sebagai sastrawan, ahli bahasa, penulis sejarah sekaligus ulama, amat disegani di dunia. Jejaknya dijadikan rintisan bagi sastrawan sesudahnya seperti Raja Ali Kelana, Raja Zaleha, Aisyah Sulaiman, dan lain-lain.
5.    Seni Rupa
Seni rupa khas Riau teraplikasi dalam motif hias seni rupa terapan, di antaranya pada seni bangunan, kerajinan, dan kain adat seperti kain tenun Siak, sutera lintang Siantan, serta sutera petak catur dan kain mastuli Daik Lingga.
Motif Riau menghindari gambar binatang dan manusia, dan sebagai gantinya, mengeksplorasi motif geometri dan tumbuh-tumbuhan, serta kaligrafi. Motif yang terkenal misalnya: bunga cengkih, pucuk rebung, awan larat, sayap layang-layang, siku keluang, dan lain-lain.

  Kesenian Riau di Tengah Serbuan Budaya Asing
Perkembangan zaman di segala sektor yang tak terelakkan menyebabkan dunia ‘menyempit’ selebar layar televisi. Belum lagi kemudahan akses transportasi dan komunikasi yang ikut berperan dalam serbuan budaya asing ke dalam struktur sosiologis Riau.
Tak bisa dipungkiri bahwa bentuk kesenian tradisional yang konvensional sudah tidak lagi mampu menampung gelegak kegelisahan zaman dan naluri ekspresi yang menuntut kebaruan.
Faktanya, kesenian Riau sedang tergagap-gagap menghadapi fenomena sosial post-modern di mana nilai-nilai budaya asing semakin menguat intervensinya sementara kemampuan filter budaya lokal semakin melemah. Kesenian tradisional tak lagi mampu berdiri sama tinggi dengan budaya asing yang menyerbu tanpa permisi.
Dibandingkan dengan pembangunan fisik kota Riau, perhatian terhadap kesenian agaknya masih tertinggal cukup jauh. Kalaupun ada angin segar munculnya pelaku budaya modern yang mengabdi pada nilai-nilai budaya luhur di masa lalu, hembusannya belum cukup menghilangkan gerah akibat korosi yang terus berlangsung.
                                         grizelda amalia
                                                IX.1



Tidak ada komentar:

Posting Komentar